Jakarta, BEDAnews.com
Ketua Umum Majelis Dzikir Annisa Nurussalam menjelaskan, momentum Muharram merupakan peristiwa penting bagi umat Islam yang tak terlupakan. Yaitu peristiwa yang identik dengan peristiwa perjalanan Nabi Besar Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah untuk membangun peradaban baru, dan sarat pengalaman hidup yang penuh berliku, suka duka nan luar biasa. Perjuangan yang sangat berat itu, tentu mengiringi diri sendiri. Dengan perjuangan itu, akhirnya menuai keberhasilan yang sama-sama kita ketahui. Yaitu, Nabi Muhammad SAW berhasil membangun peradaban yang Islami.
Maka, di era globalisasi ini, semangat hijrah perlu diimplementasikan dalam kedhidupan sehari-hari. Bukan berarti hijrah dalam kontek fisik tetapi, dalam konstektual. Dengan meningkatkan peradaban dan nilai-nilai kualitas ajaran Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, perilaku yang menyimpang (tidak terpuji ) berbagai tidak kejahatan, kriminalitas, korupsi, perampokan, pelecehan seksual, tawuran antar pelajar, mahasiswa, saling fitnah, dan sebagainya harus sudah kita tinggalkan.
Di tahun 1437 H/2015 ada tanda-tanda penting. Peristiwa hijrahnya Nbai Muhammad SAW dan kaum Muslimin memiliki pesan dan kesan yang amat penting, bagi umat Islam. Dalam hijrah tersebut terkandung makna dan dimensi perpindahan dari perilaku keburukan pihijrah ke perilaku yang terpuji. Sehingga umat Islam perlu melakukan perpindahan situasi dari masyarakat yang lebih menjadi umat yang berkualitas dalam iman, aqidah, dan peduli sosial, yaitu umtan yang rahmatan lil alamin.
Perubahan tersebut juga dibangun di masyarakat. Dengan demikian, diharapkan muslim yang baik harus mampu saling menasihati, saling peduli dalam kebaikan. “Hijrah ini harus dilaksanakan. Jadi, hijrah harus bersama-sama jangan sendiri.-sendiri. Jelas, terlebih hijrah bagi para pemimpin para habaib, para tokoh alim ulama, untuk bisa member teladan yang uswatun hasanah, “ tegas Hj. R.A.N Tuti Tanoedjiwa, dalam konfirmasi via telepon. (War)