Jakarta, BEDAnews.com
Demikian perkataan Sahabat Nabi (Abdullah Bin Ibnu Maktum) sebagai judul dalam tulisan ini. Mengukuhkan anjuran untuk belajar memang sebuah keharusan dan kepantasan Harus, sebab pengetahuan diperoleh dengan belajar. Pantas, mau berilmu berusaha. Tidak pantas bila kita tidak tahu.tidak paham, lalu dihadapi dengan sikap diam saja.
Kalau diIbaratkan tidak mengetahui itu adalah identik berada seperti dalam kegelapan. Kita harus cari jalan lepas dari kegelapan. Belajar identik dengan cara keluar dari kegelapan dengan belaJar, bertanya kepada para ahli.
Inilah amsal yang kita kutip diatas, sebuah ucapan dari seorang tua renta yang buta bernama Abdullah Ibnu Maktum. Ia ditakdirkan buta sejak dilahirkan ,Tapi dia rajin belajar, dan haus kepada kebenaran. Ia mengatakan ucapan awal kepada Rasulullah. Ya Rasulullah Aqrikni mimma allama kallah (Ajarkanlah apa yang diajarkan Allah kepadamu).
Alkisah, Sang orang tua ini hendak belajar, ingin bertanya, kepada Rasulullah rela menunggu lama. Abdullah Ibnu Maktum datang dari jauh sabar,menunggu giliran dapat menemui Muhammad Rasulullah . Dia ingin bertanya tentang ajaran kebenaran. Saat itu nabi, waktu yang sama,sedang sibuk menerima tamu kelompok Yahudi.Nabi mencoba mendakwaahi kaum Yahudi itu agar dia menerima kebenaran ajaran Islam. Tapi tidak mau. Mereka kaum Yahudi itu tetap kafir.
Padahal, nabi telah menghabiskan banyak waktu untuk Yahudi, terlalu mengabaikan orang buta ( Ibnu Maktum) tamu yang datang jauh diluar kota Mekkah. Terkesan mengutamkan menyampaikan ajaran kebenaran pada orang kafir ketimbang orang muslim sendiri.
Dalam kisah itu ditambahkan nabi ditegur oleh Allah dengan turun ayat. Menjelaskan agar tidak terlalu cenderung dakwah kepada kelompok kaum kafir. Karena mereka itu hatinya engkar dan tertutup. Abasa watwalla (juz 30 ayat 16).
Dari konteks belajar kebenaran (allama kallah) kebenaran yang diajarkan oleh Tuhan, tampaknya penting lantaran berfungsi penolong. Yaitu Kebenaran itu menjadi penyelamat,pelindung manusia dari kesesatan. Dengan kata lain kebenaran adalah penyelamtan, sementara kesesatan merupakan kegelapan dan kesengsaraan.
Pada episode diatas, dengan pelaku Abdullah Ibnu Maktum, sebenarnya terdapat teks kebenaran dan bagaimana mempelajari kebenaran itulah kepantasan bagi kita semua.Tujuannya agar semua jelas, terang, dan tidak tersesat dan ditimpa kesengsaraan.
Terhadap konteks ini kebenaran sejati kita dapat mengutip ajaran Socrates (500 thn SM) yang menyimpulkan kebenaran itu adalah, baik, benar dan bernilai.
Pertama,kebenaran itu adalah sejati ultimte dari natural. Yang bersifat metaphysic spiritual.Kebenaran demikian, memiliki dimensi dimensi gaib, mystic, yazznvg mengandung kepastian (regulator).
Kedua, kebenaran berdimensi hakiki,mutlak, seperti persoalan akhir kehidupan (Universal refsentative).
Ketiga, Kebenaran berdimensi manusia nilai moral. dan alam. Dimensi ini jelas, merupakan euxcecutor semesta.
Kebenaran yang dinyatakan Socrates adalah alam pikiran pada masa 30 abad lalu yang memberi terang pada abad peradaban manusia. Yang pada prinsip dasar kebenaran itu merupakan cakupan spiritual,universal dan moral.
Pandangan Islam yang bermula abad keenam, lebih mengegaskan kebenaran dengan kepastian yaaitu kebenaran sejati berasal dari Tuhan.Ayat tentang kebenaran adalah al haqq mirabbik.Yang lengkapi dengan fungsi sunnatullah hukum dan teori alam, yang disebut ayat qauniah, serta jihad atau dialektika manusia dengan perubahan.
Jika demikian, bagaimana kita menangkap kebenaran setelah berlansung proses merumuskan kebenaran itu 22 abad lamanya.Ada perubahan mendasar telah terjadi pada umat manusia kini. Muncul konsep kebenaran yang menyengsarakan bahkan menyesatkan. Meminjam istilah Salman Rhusdi awal delapan puluhan ayat ayat syaitan. Tetapi istilah ini dihadapkan khusus sebagai perlawanan terhadap Ayatullah Khomaini pengagas Revolusi Iran.
Dalam pandangan saya, kebenaran nilai moral (jihad) dalam ajaran Islam sudah membawa pencerahan dan penyelamatan pada umat manuisia masa awal dan beberapa abad kemudian. Tetapi belakangan, Islam tidak berdaya, letih dengan pergulatan peradaban sebelumnya. Islam berada persimpangan jalan dengan keraguan.
Karena itu, kebenaran yang harus diajukan sekarang, kebenaran berbasis sejarah. Sejarah yang berkelanjutan (sunnatullah) dan sejarah dengan kontains nilai moral jihad dalam perubahan . Yaitu Perbaikan dari kointinuitas,dalam rangka memastikan kebenaran memang berlansung menurut semestinya.Kenyataan yang universal yang hakiki harus pula diiringi dengan semangat kebenaran perubahan atau jihad.
Akhirnya dalam persfektif atau sudut pandang inilah aqrikni mimma alamkallah dari Abdullah Ibnu Maktum menjadi berguna.Men gajarkan apa yang diajarkan Allah..Konsep kebenaran berpikir.Jauh dari kesesatan,jauh dari kerusakan, Jauh dari syaitanic argument.menghindar kesombongan dan keserakahan .
Oleh: DR. Masud HMN, Doktor & Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA ) Jakarta
Email: masud.riau@gmail.com